Example 728x250

Ada Apa Deputi IV Kemenpora Enggan Berikan Notulen Pertemuan

PETABALI, Jakarta – Salah satu Pelatih Gulat Achmad Syaifullah merasa dizolimi mengadukan nasibnya kepada Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia, Wilson Lalengke, SPd.MSc. MA., dan berharap dapat membantunya. Sea Games 2023 di Kamboja ternyata masih meninggalkan kepahitan kepada salah satu pelatih gulat bernama Achmad Syaifullah.

Sebelumnya ada pemberitaan tentang pria yang sering dipanggil Saiful ini terkait sebagai pelatih atlet cabang olahraga gulat yang ikut pertandingan di SEA Games 2023 dan belum menerima bonus yang dijanjikan. Menurut regulasi yang ada, dikatakan bahwa setiap pelatih akan mendapatkan bonus apabila atlet yang dilatih berhasil memperoleh medali, dan nilai bonus berbeda-beda dinilai dari perolehan medali emas, perak dan perunggu.

Adapun jumlah atlet yang dilatih oleh Saiful dan rekan-rekan pelatihnya sebanyak 14 orang, dan yang membuat bangga adalah semua atlet berhasil memperoleh medali dengan rincian yaitu, 6 medali emas, 6 medali perak dan 2 medali perunggu. Kemudian setelah ada komunikasi antara Pengurus PPWI dengan Agung dari pihak Deputi IV Kemenpora, maka diatur pertemuan tersebut pada hari Kamis 5 Desember 2024 yang dihadiri oleh:

1. Surono sebagai Deputi IV
2. Budi sebagai Asisten Deputi IV
3. Ferdinand bagian Legal Kemenpora
4. Herman Wartawan Menpora
5. Daryono PPK Kemenpora
6. Maurice Sihombing dari PB PGSI
7. Suryadi Gunawan dari PB PGSI
8. Dona Kesekretariatan PB PGSI
9. Wilson Lalengke Ketum PPWI
10. Wina Sekretaris DPN PPWI
11. Achmad Syaifullah (pelatih fisik Sea Games Cabor Gulat INDONESIA Tahun 2023).

Pertemuan tersebut dilaksanakan di Gedung PPITKON Kemenpora Lantai 3.

Kepada awak media, Pelatih Gulat Achmad Syaifulloh menjelaskan bahwah dari hasil perolehan medali tersebut sesuai regulasi nilai, bonus yang akan diterima oleh tim pelatih hampir mencapai Rp.2 milyar. “Semua berhasil memperoleh medali, dan pelatih yang lain sudah menerima bonus namun saya sendiri yang belum mendapatkan bonus tersebut,” ujarnya.

Dari hasil pertemuan tersebut Acmad Syaifulloh mengatakan bahwa Maurice Sihombing selaku pelatih kepala menjanjikan akan memberikan bonus yang menjadi hak dari Saiful, namun hingga saat ini belum juga diberikan, dan tidak ada tindakan apapun dari pihak Kemenpora atas hal tersebut. Saat dikonfirmasi melalui chat aplikasi whatsapp kepada Agung dari Deputi IV, terkait notulen dari pertemuan itu, namun tidak ada balasan, padahal Surono sebagai Deputi IV sudah mengarahkan untuk meminta kepada Agung. “Saya sudah mencoba juga meminta notulen (hasil pertemuan) kepada Pak Agung, tapi tidak direspon,” ujarnya.

Lebih lanjut, Syaifulloh menjelaskan bahwa notulen tersebut patut dipertanyakan karena pertemuan tersebut diadakan oleh pejabat Kemenpora, dimana hadir juga Dr. Surono S.Pd.,M.Pd., sebagai Deputi 4 Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga. Pertemuan tersebut sudah pasti diagendakan, dan menggunakan anggaran juga, seharusnya ada pertanggungjawaban berupa notulen sebagai hasil pertemuan tersebut, sangat disayangkan pihak Kemenpora yang diharapkan ternyata tidak memberikan respon positif. “Saya pikir dengan adanya pertemuan itu maka semua bisa selesai, tapi sepertinya sia-sia saja dan membuang waktu,” harapnya.

Frans Baho sebagai penasehat Persatuan Pewarta Warga Indonesia wilayah Papua Barat Daya, juga turut menyesalkan tindakan pihak Kemenpora yang tidak transparan. “Seharusnya mereka Kemenpora menjelaskan saja dan buktikan bahwa bonus tersebut sudah diserahkan dengan nominal sekian dan penerimanya si A, kan beres, kalo begini patut diduga ada sindikat dan oknum Kemenpora terlibat yang menggelapkan dana bonus tersebut, terlebih saya sempat mendengar ada pengembalian dana kepada pihak Kemenpora, itu sudah diakui oleh Agung dari Deputi IV, tetapi belum menjelaskan dana apa yang dikembalikan, apakah mungkin kelebihan bayar, ” ujar pria asli Papua tersebut yang sempat bertemu dengan Saiful saat ada kegiatan di Senayan Jakarta pada bulan Nopember 2024 lalu.

Frans juga merasa aneh apabila pihak Kemenpora enggan memberikan notulen dari pertemuan tersebut, artinya pertemuan tersebut seperti hanya memberikan janji manis atau harapan palsu kepada Saiful, ada apa sampai notulen saja tidak diberikan, setidaknya Saiful yang ikut hadir, kan berhak mendapatkannya. Frans berharap Bapak Prabowo Subianto sebagai Presiden RI bisa mendengar masalah tersebut, menurutnya jangan sampai Saiful yang berprestasi namun orang lain yang menikmati hasilnya. “Ada apa sampai notulen saja tidak diberikan, setidaknya Saiful yang ikut hadir, kan berhak mendapatkannya, apabila dana tersebut tidak disampaikan seluruhnya, itu sama saja tindakan korupsi, dan Pak Presiden sedang gencar-gencarnya menghajar koruptor,” pungkasnya. (Wandy)

________________________________ Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomer 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: Redaksi@pewartabali17102024@gmail.com. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250